KALBAR, PADMAIndonesia.id.– Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kalimantan Barat (Kalbar), Dr. Lidya Natalia Sartono, mengaku bangga dan mengapresiasi keberanian dan kerja keras H. Sigit Widiyarto, yang dalam Penelitiannya telah mengangkat salah satu tradisi Budaya Suku Dayak Kantuk sebagai Disertasi Doktoral.
“Sebagai Sahabat, saya merasa bangga dan memberi apresiasi kepada Dr. Sigit yang telah berjuang mengangkat tradisi Budaya Suku Dayak Kantuk menjadi perhatian dalam dunia pendidikan,” ungkap Lidya yang juga berasla dari Suku Dayak Kantuk ini, dalam keterangan tertulis kepada media ini, Senin (20/3/2023).
Selain memberi selamat atas Gelar Doktor yang diraih Sigit, Lidya yang juga meraih Gelar Doktor bidang Pendidikan itu, mengucapkan terima kasih kepada Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung atas apresiasinya terhadap Tradisi Suku Dayak Kantuk sebagai media edukasi dan Bahan Ajar dalam dunia pendidikan pada umumnya, dan Kapuas Hulu-Kalimantan Barat, pada khususnya.
“Ketika warisan tradisi dan kearifan lokal diangkat dalam dunia Pendidikan, maka ada upaya revitalisasi pewarisan tradisi lisan untuk dijaga dan dilestarikan oleh generasi penerus (peserta didik). Saatnya, pendidikan perlu berorientasi pada ketahanan budaya sehingga karakteristik kearifan lokal tidak hilang dan punah. Selamat untuk Doktor Sigit,” ucap Legislator dari Partai NasDem yang juga berkomitmen membawa Restorasi bidang Pendidikan di Kalbar itu.
Angkat Tradisi Budaya Dayak Kantuk
Dalam file yang diperoleh media ini, H. Sigit Widiyarto mengajukan Disertasi Doktoral dengan Judul: “Konsep Ketahanan Pangan Dalam Upacara Gawai Dayak Kantuk Desa Ranyai Serta Pemanfaatannya Dalam Buku Ajar Sastra Dayak Kantuk Kalimantan Barat.”
Dijelaskan, Gawai Dayak merupakan tradisi Suku Dayak untuk merayakan panen padi sekaligus ungkapan syukur telah diberikan panen melimpah.
Tradisi Gawai Dayak menjadi salah
satu bagian dari rangkaian tradisi pertanian yang mengandung konsep ketahanan pangan yang dilakukan turun-temurun hingga saat ini.
Sigit menerangkan, Tradisi Gawai Dayak diteliti dan dianalisa untuk menjadi salah satu tradisi yang dapat menjadi bahan
ajar tradisi lokal, selain tujuan teoretis mendeskripsikan konsep ketahanan pangan, struktur tradisi dan teks, kontek, ko-teks,
penciptaan dan pewarisan fungsi nilai, dan revitalisasi Gawai Dayak Desa Ranyai, Kapuas Hulu Kalimantan Barat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep ketahanan pangan tercermin dari tradisi yang dilakukan melalui, penanaman, pengolahan dan penyimpanan padi
serta adanya ketersediaan dan pemanfaatan pangan serta diversifikasi pangan.
Struktur upacara Gawai Dayak sudah baku dan mempunyai syarat, seperti waktu dan urutan tahapan tradisi.
Sementara itu, Teks mantra mempunyai ciri khas yang peruntukannya disesuaikan
dengan upacara berkaitan dengan dengan masyarakat agraris, serta Konteks dan ko-teks, merupakan perwujudan bersyukur kepada tuhan (alatala).
Sigit menulis, Pemerintah perlu mendata konsep ketahanan pangan yang tergambar dari semua tradisi suku Dayak sebagai perwujudan strategi ketahanan pangan nasional.
Dalam Disertasi, Sigit menjelaskan bahwa tradisi lisan upacara Gawai Dayak di Desa Ranyai, Kapuas Hulu Kalimantan-Barat, memiliki tujuan dan fungsi, yakni agar pranata-pranata sosial berjalan sesuai aturan adat setempat.
Sigit menulis, Nilai dalam upacara Gawai Suku Kantuk merupakan manifestasi dari
perwujudan budaya yang telah mengakar dari waktu ke waktu, sebagai suatu yang berharga, baik, luhur, diinginkan dan dianggap penting oleh masyarakat sehingga perlu diperkenalkan pada anak.
Dalam Penelitiannya, Sigit menemukan bahwa sebagian besar mata pencaharian suku Dayak adalah bertani, sehingga pengetahuan lokal yang dimiliki oleh Suku Dayak dalam kehidupan masyarakat merupakan suatu proses kebudayaan yang mengandung makna dalam menentukan hari-hari baik, memilih jenis benih unggul, serta melihat tanda-tanda alam.
Peneliti Sigit menerangkan, oleh latar belakang mata pencaharian masyarakat, maka Suku Dayak memaknai Hutan Sebagai Sumber Pangan yang perlu disucikan dan dilestarikan, juga sumber kebutuhan seperti bahan bangunan rumah, lumbung padi, pondok umai, bahan anyaman, wadah makanan, tempat penyimpanan padi dan sebagainya.
Selain merupakan tradisi yang perlu dilindungi, agar kelestarian dan keasliannya tetap terjaga, upacara Gawai Dayak juga dapat menjadi destinasi pengembangan industri pariwisata serta bahan ajar sastra Dayak.
Pada proses revitalisasi Gawai Dayak, Peneliti akan membuat bahan ajar tradisi ke dalam buku dan materi pembelajaran daring, guna memperkenalkan lebih luas tradisi Gawai Dayak melalui pendidikan formal di Kabupaten Kapuas Hulu. Itulah salah satu sasaran Penelitian yakni pengembangan tradisi lisan sebagai media Pendidikan.
Secara umum, Peneliti menyimpulkan Fungsi Upacara Tradisi Gawai Dayak, Desa Ranyai, Kalimanta Barat, sebagai berikut:
1) Fungsi prakmatis; memberikan kesempatan semua individu dapat berkomunikasi, sehingga timbul
relasi khusus antar mereka. Komunikasi yang timbul akan mempersatukan ide dan gagasan. Kerjasama untuk saling menghargai akan menimbulkan asas gotong-royong diantara mereka.
2) Fungsi etis; membuka ruang integrasi sosial dan meningkatkan solidaritas masyarakat. Perilaku yang baik dan taat atas norma aturan masyarakat Dayak dapat berfungsi dengan baik. Pelaksanaan
Gawai Dayak dapat berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku.
3) Fungsi estetis; pada tradisi Gawai Dayak merujuk pada keindahan kata-kata pada mantra. Fungsi estetis dapat ditemukan pada tradisi Gawai Dayak, ketika seorang pembaca doa melafalkan mantra yang dihiasi dengan irama, rima dan alitrasi serta asonansi. Bunyi mantra dapat terdengar estetis. Begitu pula pada properti dan sesajen yang penuh dengan unsur estetis.
4) Gawai Dayak tidak lepas dari fungsi histori (sejarah). Sebagai tradisi turun-temurun dari nenek moyang, tradisi Gawai Dayak merupakan peradaban yang dapat disejajarkan dengan peradaban bangsa lain. Peradaban suku Dayak sudah mengenal berbagai tata cara pertanian sejak dulu yang
dapat menjadi dasar bagi generasi mendatang. Selain fungsi diatas terdapat fungsi spiritual Tradisi Gawai Dayak juga mempunyai unsur humanistik. Unsur-unsur itu tampak dalam musyawarah, gotong-royong, tolong-menolong dan hidup rukun.
Adapun Disertasi Doktoral tersebut diuji oleh: Prof. Dr. Tri Indri Hardani, M.Pd; Prof. Dr. Dadang Sunendar, M. Hum; Dr. Sumiyadi, M. Hum; Dr. Andono Sastromiharjo, M. Pd; Prof. Dr. Heddy Shri; dan Ahimsa Putra, MA., M.Phil.