JAKARTA, PADMAIndonesia.id– Advokat senior, Dr. Stefanus Roy Rening, S.H., M.H, memutuskan untuk kembali terlibat dalam dunia politik.
Setelah sempat vakum selama 15 tahun, Roy Rening melabuhkan pilihan ke Partai Persatuan Indonesia (Perindo) dan berjuang menjadi Caleg DPR RI Dapil I Nusa Tenggara Timur (NTT) mencakup Flores, Lembata, dan Alor dalam Pemilu 2024 mendatang.
Dalam siaran pers di Jakarta, Kamis (2/3/2023), Roy mengatakan bahwa dirinya bertekad dan berjuang untuk memajukan kesejahteraan bagi masyarakat NTT, khususnya Dapil NTT I.
“Saya melihat, dari semua wilayah di Indonesia, NTT masih termasuk dalam wilayah tertinggal, termasuk daerah termiskin ketiga di Indonesia,” ujar Roy.
Atas dasar itu, Roy melihat perlu ada penggerak untuk memajukan ketiga daerah di NTT tersebut.
“Konsen saya yakni memberikan perlindungan hukum terhadap orang tertindas dan terpinggirkan. Sebagai mantan aktivis sejak muda (mahasiswa), selalu ada spirit yang menggerakkan, merasa terpanggil untuk harus tetap peduli dalam ‘tugas suci’ membangun bonum commune bagi masyarakat bangsa,” tekad Roy.
Deklarator PKD
Terjun ke dalam dunia politik bukan hal baru untuk advokat senior ini. Pada awal reformasi, Roy terlibat sebagai Deklarator berdirinya Partai Katolik Demokrat
(PKD) dan sebagai peserta pada Pemilu 1999, lalu mengambil estafet kepemimpinan
sebagai Ketua Umum DPP PKD pada tahun 2002, setelah terjadi kevakuman Ketua Umum.
Menyiasati ketentuan peraturan perundang-undangan pada saat itu, Roy bekerjasama dengan aktivis politik Kristen membangun koalisi partai berbasis Katolik dan Kristen membentuk Partai Kasih Demokrasi Indonesia (PKDI).
Roy terpilih sebagai Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Kasih Demokrasi Indonesia (DPP PKDI) dan mengantar PKDI sebagai peserta Pemilu pada Pemilu 2009.
Kini, menjelang Pemilu 2024, Roy memutuskan untuk kembali terlibat dalam partai politik.
“Mencermati dan mengikuti serta berusaha memahami latar belakang, visi dan misi partai politik, Partai Perindo menjadi pilihan pas sesuai spirit perjuangan yang selama ini dihidupi. Keadilan dan kesejahteran sebagai elemen utama persatuan nasional adalah visi dan misi yang menghidupkan semangat untuk ikut peduli dan terlibat mengabdi di dalamnya,” tekad Roy yang juga ditempatkan sebagai salah satu Pengurus DPP Partai Perindo.
Menurut Roy, setelah 20-an tahun reformasi, sudah banyak kemajuan tercapai di berbagai bidang kehidupan, namun di sana-sini masih terdapat ancaman dan tantangan yang harus dijawab.
“Masih ada banyak keprihatinan dan rasa kecewa. Demokratisasi dan kebebasan sebagai slogan utama reformasi, justru masih terungkap oleh adanya penyusupan ideologi trans-nasional yang mengoyak nilai-nilai luhur kebangsaan Indonesia,” nilainya.
Panggilan Nurani untuk Kaum Tak Bersuara
Roy beralasan, rasa kebangsaan dan persatuan nasional masih tetap menjadi soal yang rawan.
“Untuk itu, semua warga negara yang peduli harus terlibat sebagai penyambung lidah kaum tak bersuara (voice of the voiceless),” komitnya.
Roy menyinggung, banyak disorientasi para pejabat yang memanfaatkan jabatan negara
hanya untuk pamer kemewahan dan eksistensi diri, meninggalkan harapan dan jeritan rakyat yang lemah dan miskin.
“Fungsi-fungsi utama lembaga negara dalam banyak kasus hanya dipakai demi kepentingan pribadi dan golongan. Rakyat kebanyakan tetap terpinggirkan dan
hak-hak dasar mereka sebagai warga negara terabaikan dalam kebijakan negara,” timpal Roy.
Karena itu, lanjutnya, mengambil posisi dan peran ini, ia ingin menjawab mengapa harus kembali terlibat dalam dunia politik.
Baginya, proses politik lewat Pemilu bukan sekedar memilih wakil rakyat dan memilih pemimpin negara/daerah, tetapi terutama untuk menghindari orang-orang rakus dan jahat berkuasa.
“Jika orang-orang baik diam dan
tidak terlibat, maka orang jahat yang terorganisir akan terus memimpin negara,” imbuhnya.
“Karena itu, pilihan untuk terlibat dalam politik praktis merupakan panggilan nurani, merasa terpanggil untuk peduli dengan penderitaan rakyat, bertekad sungguh menjadi penyambung aspirasi rakyat mendapatkan hak-hak mereka,” tekad Roy.